Sabtu, 17 Mei 2014

Hadits Shahih Bukhari
Bab Ilmu
ILMU MENURUT HADITS

1. Keutamaan Ilmu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيْثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّاعِلُ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ هَاأَنَا يَا رَسُوْلَاللهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. رواه البخاري

Dari Abu Huraerah, ia berkata: Ketika Nabi SAW dalam satu majlis, beliau sedang bercerita tentang satu kaum, kemudian datang orang Arab dan bertanya “Kapan terjadinya hari kiamat?” Maka Rasulullah melanjutkan pembicaraannya. Sebagian kaum berkata “Rasulullah mendengar apa yang kamu tanyakan akan tetapi beliau tidak suka apa yang kamu tanyakan”, sebagian kaum yang lain berkata mungkin Rasulullah tidak mendengar apa yang kamu tanyakan. Ketika selesai dari pembicaraannya, Rasulullah bertanya “Mana orang yang bertanya tentang kiamat tadi?” Kemudian (orang Arab) menjawab “Saya, wahai Rasulullah!” Rasulullah bersabda “Apabila amanat telah sempit, maka tunggulah hari kiamat” kemudian orang Arab itu bertanya lagi “Bagaimana sempitnya amanat itu?” Rasul menjawab “Apabila urusan telah diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah hari kiamat”. HR Bukhari no 59 (Dalam BAB Keutamaan Ilmu)

Apabila suatu urusan tidak diserahkan pada orang yang kompeten di bidangnya maka akan terjadi kekeliruan dan kemungkinan besar terjadi penyimpangan yang mengakibatkan tingkat kebenarannya sangat diragukan.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْل َاللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَ أَنَا نَائِمٌ أُتِيْتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ فَشَرِبْتُ حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخْرُجُ فِي أَظْفَارِي ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِي عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالُوْا فَمَا اَوَّلْتَهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ الْعِلْمُ. رواه البخاري

Dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW berkata “Ketika aku tidur, (mimpi) aku diberi semangkuk susu, lalu aku meminumnya sampai aku benar-benar melihat air keluar dari jari-jariku, kemudian aku memberikan sisaku pada Umar bin Khatab”. Mereka bertanya, Ya Rasulullah apa yang engkau ta’wilkan tentang mimpi tersebut? Rasul menjawab “Ilmu”. HR Bukhari no 82

Berdasarkan hadits di atas, Rasulullah menggambarkan bahwa ilmu itu sangat berharga sekali dan utama. Dan ilmu itu tidak pernah habis ketika dicari oleh siapa saja. Ilmu itu sangat luas.

2. Menyampaikan Ilmu

عَنِ الْحَسَنِ قَالَ لآبَاْسَ بِالْقِرَاءَةِ عَلَى الْعَالِمِ. رواه البخاري
Dari Hasan, ia berkata “Tidak apa-apa menyampaikan ilmu pada orang yang mencari ilmu dengan cara membacakan” HR Bukhari
Berdasarkan hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mencari ilmu dapat menggunakan metode apa saja. Tidak hanya mendengarkan tapi membacakan, menulis, dan memperdengarkan.

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَلَّمَ سَلَّمَ ثَلاَثًا وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلاَثًا. رواه البخاري

Dari Anas, dari Nabi SAW bahwasanya apabila beliau (Nabi) mengucapkan salam, maka mengucapkan salam tiga kali dan apabila mengucapkan kalimat, beiau mengulangnya tiga kali. HR Bukhari

3. Proses Ilmu

عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ إِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلَمْ أَسْمَعْهُ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلاَّ حَدِيْثًا وَاحِدًا قَالَ كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُتِيَ بِجُمَّارٍ فَقَالَ إِنَّ مِنَ الِشَّجَرِ شَجَرَةً مَثَلُهَا كَمَثَلِ الْمُسْلِمِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُوْلَ هِيَ النَّخْلَةُ فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ فَسَكَتُّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ النَّخْلَةُ. رواه البخاري

Dari Mujahid, ia berkata: Saya menemani Ibnu Umar ke Madinah, aku tidak mendengar Umar bercerita tentang Rasulullah SAW kecuali satu cerita. Umar berkata “Ketika kami bersama Nabi SAW, maka diperlihatkan batu lalu berkata “Sesungguhnya di antara pohon itu ada pohon seperti orang muslim” Aku ingin mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku adalah kaum kecil maka aku hanya diam. Nabi SAW berkata, pohon itu adalah pohon kurma. HR Bukhari no 72 (Dalam BAB Faham dalam Ilmu)

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَامِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَحَدٌ اَكْثَرَ حَدِيْثًا عَنْهُ مِنِّيْ إِلاَّ مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلاَ أَكْتُبُ. رواه البخاري
Dari Abu Huraerah, ia berkata “Tidak ada di antara sahabat Nabi SAW seorang pun yang paling banyak menerima hadits Rasulullah dariku kecuali Abdullah bin ‘Amr, karena dia menulis sedangkan aku tidak menulis. HR Bukhari

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ إِنَّ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ أَكْثَرَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَلَوْ لاَ أَيَتَانِ فِيْ كِتَابِ اللهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيْثًا ثُمَّ يَتْلُوْ إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى إِلَى قَوْلِهِ الرَّحِيْمُ إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ كَانَ يَشْغُلُهُمُ الضَّفْقُ بِالْأَ صْوَاقِ وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الْأَنْصَارِ كَانَ يَشْغُلُهُمُ فِيْ أَمْوَالِهِمْ وَإِنَّا أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ وَيَخْضُرُ مَالاَ يَخْضُرُوْنَ وَيَخْفَظُ مَالاَ يَخْفَظُوْنَ. رواه البخاري

Dari Abu Huraerah, ia berkata: Bahwa orang-orang mengatakan lebih banyak Abu Huraerah, kalaulah tidak ada dua ayat dalam Al-Qur`an aku tidak akan menyampaikan satu hadits pun. Kemudian ia membaca إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى. Sesungguhnya saudara kita dari Muhajirin, mereka sibuk berdagang di pasar dan saudara kita dari Anshor, mereka sibuk bekerja dengan harta mereka, dan sesungguhnya Abu Huraerah yang selalu ada bersama Rasulullah dengan kosong perutnya. Dia ada ketika yang lain tidak ada dan dia hafal ketika yang lain tidak hafal. HR Bukhari

Proses mencari ilmu adalah memahami ilmu terlebih dahulu kemudian ilmu tersebut dicatat/ditulis sehingga tidak mudah hilang dan selanjutnya ilmu tersebut bisa dihafal (dijaga dalam ingatan).
4. Tidak Boleh Ria dalam Ilmu

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا. رواه البخاري

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah bersabda “Tidak ada hasud kecuali pada dua tempat: seseorang yang Allah berikan harta padanya lalu ia habiskan dalam kebenaran sampai meninggalnya dan seseorang yang Allah berikan padanya hikmah kemudian ia menentukan dengan hikmah tersebut dan mengajarkannya. HR Bukhari no 73

Hadits ini memberikan pengertian bahwa ada dua tempat yang akan diuji dengan keriaan yaitu orang yang punya harta dan orang yang punya ilmu.
KESIMPULAN
Ilmu pada hakikatnya mempunyai tujuan, baik tujuan internal maupun eksternal. Secara internal tujuan ilmu adalah ilmu itu sendiri, dengan merumuskan teori, kemudian mengujinya di lapangan dan mengembangkannya untuk aktualisasi ilmu itu sesuai dengan perubahan yang ada. Sedangkan tujuan eksternal adalah kepentingan-kepentingan untuk kehidupan manusia.
Islam menegaskan tujuan ilmu untuk meningkatkan derajat dan kualitas manusia itu sendiri, yang pada gilirannya akan memberikan keselamatan dan kedamaian dalam kehidupannya.
Tahap pencarian ilmu dimulai dari pemahaman. Pemahaman tersebut membutuhkan akal. Menggunakan akal artinya menggunakan kemampuan pemahaman, baik dalam kaitannya dengan realitas yang konkret maupun realitas spiritual. Realitas konkret difahami oleh pemikiran dan realitas spiritual difahami oleh hati (qalb). Keduanya merupakan kesatuan organik akal, sebagai instrumen dan daya ruhani untuk memahami kebenaran.
No. 109
Diriwayatkan dari Salamah bin al-Akwa radhiyallahu anhu ia berkata, " Aku pernah mendengar rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
ﻣﻦ ﻳﻘﻞ ﻋﻠﻲّ ﻣﺎﻟﻢ ﺃﻗﻞ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮّﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨّﺎﺭ
“Barangsiapa yang berkata atas namaku yang Aku tidak mengucapkannya, maka hendaknya dia persiapkan tempat duduknya di dalam neraka.”